TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Makalah
ini diajukan guna memenuhi persyaratan nilai mata kuliah
Teori-teori
Belajar
Dosen
: Juhji, MPd
Disusun
Oleh :
ANDRIANSYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
NIDA
EL-ADABI
Sekretariat
: Jl. Raya Kabasiran Kec. Parungpanjang-Bogor 16360
Telp. (021)5977184
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori pembelajaran merupakan
penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa didik dalam mengembangkan
kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Panduan-panduan tersebut
adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang
diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi
perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang perlu
diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal)
dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu
penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan:
“bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa
berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik.
Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari
sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka
subsistemmnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem
harus memiliki titik temu dengan sistemnya supaya sistem tersebut dapat
mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang terjadi
pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada subsistem
teori pembelajaran. Perubahan teori pembelajaran harus diikuti oleh perubahan
paradigma pembelajaran.
Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori
pembelajaran. Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan teori
belajar kognitif, terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori pembelajaran
yang telah muncul dan berkembang. Namun teori pembelajaran yang ada saat itu
mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa
tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori
belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang
diantaranya adalah teori behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori
pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring berkembangnya zaman selanjutnya
pasti akan ditemukan kekurangan-kekurangan dari teori kognitif ini dalam
menjawab tuntutan zaman. Hal tersebut sekaligus memberikan inspirasi bagi tokoh
psikologi (di era selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori baru yang lebih mampu
untuk menjawab tuntutan zaman.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian belajar kognitif ?
2.
Apa saja macam-macam teori belajar kogbutif ?
3.
Siapa tokoh-tokoh pada teori belajar kognitif, dan apa pemikirannya ?
C.
Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui apa pengertian belajar kognitif, apa saja macam-macam teori belajar
kognitif, dan siapa tokoh dan apa pemikirannya tentang belajar kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN BELAJAR KOGNITIF
Belajar kognitif
memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama
unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari
luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel
(1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan
nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B. MACAM-MACAM TEORI BELAJAR KOGNITIF
Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:
1. Teori belajar Pengolahan Informasi
Dalam model tersebut
tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara
ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan
penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi
itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja.
Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau
disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.
Kebanyakan, peristiwa
lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah
ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan
kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori
jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi
bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
2. Teori belajar Kontruktivisme
Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
-
Belajar berarti
mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
-
Peserta didik harus
menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
-
Peserta didik sebagai individu
yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip
yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak
bisa digunakan lagi.
-
Peserta didik
mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
-
Pengetahuan secara
fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajar aktif.
-
Pengetahuan secara
simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya
sendiri.
-
Pengetahuan secara
sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada
orang lain
-
Pengetahuan secara
teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang
tidak benar-benar dipahaminya
Slavin menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:
- membuat catatan
- belajar kelompok
- menggunakan metode
PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)
C. TOKOH-TOKOH ALIRAN
KOGNITIF
1. Teori Belajar Cognitive Developmental Dari
Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas
gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli
psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan
pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan
mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak
kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau
kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Jean
Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap
yaitu:
a.
Tahap sensory – motor,
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini
diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
Ciri-ciri tahap
sensorimotor :
1.
Didasarkan tindakan
praktis.
2.
Inteligensi bersifat
aksi, bukan refleksi.
3.
Menyangkut jarak yang
pendek antara subjek dan objek.
4.
Mengenai periode
sensorimotor:
5.
Umur hanyalah
pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor: lingkungan sosial dan
kematangan fisik.
6.
Urutan periode tetap.
7.
Perkembangan gradual
dan merupakan proses yang kontinu.
b.
Tahap pre –
operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c.
Tahap concrete –
operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan
anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah
tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d.
Tahap formal –
operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15
tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir
abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya
terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.
Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.
Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya
penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan
menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya.Equilibrasi ini
dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya.
Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju
equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi
D. BEBERAPA TEORI DAN TOKOH LAIN
Selain tiga tokoh diatas berikut kami sampaikan secara singkat
beberapa tokoh lain yang juga menjadikan teori kognitif sebagai pijakan
dalam mengembangkan teori yang mereka kemukakan.
Salah satu teori kognitif yang juga sering dijadikan acuan adalah teori
gestalt. Peletak dasar teori gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943)
yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya diikuti oleh
Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum
pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight
pada simpase. Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang
terbentuk dalam suatu keseluruhan. Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan
belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan hubungan, terutama hubungan
antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurut mereka, tingkat kejelasan dan
keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih
meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Selanjutnya tokoh dari teori kognitif adalah Kurt Lewin (1892-1947).
Mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh perhatian
kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang masing-masing individu
berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana
individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup perwujudan
lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ; orang – orang yang
dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi kejiwaan yang ia
miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan
dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur kognitif itu adalah hasil dari dua
macam kekuatan, satu dari stuktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari
kebutuhan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan lebih penting
pada motivasi dari reward.
Seiring perkembangan teknologi, teori kognitif ini juga dikorelasikan
dengan kecerdasan yang ada pada teknologi mutahir, khususnya komputer, yang
diistilahkan dengan kecerdasan buatan (artificial intelegence).
Kecerdasan ini didefinisikan dengan, sebuah studi tentang bagaimana membuat
komputer mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan manusia (Rich, 1991). Tokoh
lain mengatakan, Suatu perilaku sebuah mesin yang jika dikerjakan oleh manusia
akan disebut cerdas (Turing, et. al, 1996). Program komputer untuk permainan
catur, yang sekarang dapat mengalahkan banyak manusia adalah salah satu contoh
dari kecerdasan buatan.
Kebanyakan ahli setuju bahwa Kecerdasan Buatan berhubungan dengan 2 ide
dasar. Pertama, menyangkut studi proses berfikir manusia, dan kedua, berhubungan
dengan merepresentasikan proses tersebut melalui mesin (komputer, robot, dll)
Menurut Winston dan Prendergast (1984), tujuan dari Kecerdasan Buatan
adalah:
a. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utama).
b. Memahami apakah kecerdasan (intelligence) itu (tujuan ilmiah).
c. Membuat mesin menjadi lebih berguna (tujuan enterprenerial).
E. BELAJAR SEBAGAI PROSES KOGNITIF
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain,
kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan
bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi
seseorang (Mulyati, 2005)
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga di penjelasan
awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki
kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga
pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama
dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika
diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner
memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel
memandang bahwa justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal
mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung
diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu.
Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral
sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima
oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori
belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir,
tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara
menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan
kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar
diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan
tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.
F. GAGASAN-GAGASAN KUNCI DI DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN
Kognisi umumnya bersifat adaptif, namun tidak semua kasus. Evolusi telah
membantu kita dengan baik dalam membentuk perkembang perangkat kognitif yang
sanggup menangkap secara kuat rangsangan dari lingkungan. Perangkat kognitif
ini membuat kita mampu untuk memahami rangsangan internal yang membuat sebagian
besar informasi bisa tersedia bagi kita. Kita bisa memahami, belajar,
mengingat, menalar dan memecahkan masalah dengan keakuratan tinggi. Rangsangan
apapun dapat memecahkan perhatian kita dengan mudah dari memproses informasi
dengan benar. Namun begitu, proses-proses sama yang membawa kita kepada
pemahaman, pengingatan, dan penalaran akurat dikebanyakan situasi bisa juga
membawa kita pada situasi kebingunan. Proses memori dan penalaran kita, rentan
terhadap kekeliruan sistematik tertentu yang dikenal dengan baik. Contoh, kita
cenderung menilai secara berlebihan informasi yang mudah kita terima,
bahkan kita melakukan kekeliruan ini ketika informasi tersebut sama sekali
tidak relevan dengan persoalan yang sedang dihadapi.
Proses kognitif berinteraksi satu sama lain termasuk denga proses-proses
non-kognitif. Meskipun para psikolog kognitif sering kali mengisolasi fungsi dari
proses-proses kognitif tertentu. Contoh proses-proses memori bergantung pada
proses-proses persepsi. Apa yang anda ingat , sebagian bergantung kepada yang
anda pahami. Dengan cara yang sama, proses berfikir bergantung sebagian kepad
proses memori, contoh Anda tidak bisa merefleksikan apa yang anda ingat.
Proses-proses kognitif juga berinteraksi dengan proses-proses non-kognitif,
contohnya anada bisa belajar lebih baik ketika termotivasiuntuk belajar.
Walaupun demikian pembelajaran anda tampaknya akan melemah jika merasa anda
merasa jengkel terhadap sesuatu dan tidak bis berkonsentrasi pad atugas
pembelajaran yang sedang dihadapi.
Salah satu wilayah psikologi kognitif yang paling menarik dewasa ini adalah
saling berkaitan antara analisis yang kognitif dan biologis. Contohnya menjadi
mungkin untuk menentukan tempat aktifitas didalam otak yang berkaitan dengan
jenis-jenis proses kognitf. Akan tetapi kita tidak boleh langsung mengasumsikan
kalau aktifitas biologis adalah penyebabutama aktifitas kognitif. Riset justru
menunjukkan bahwa proses pembelajaranlah yang menyebabkan perubahan-perubahan
di dalam otak. Dengan kata lain proses-proses kognitif dapat mempengaruhi
struktur-struktur biologis sama seperti struktur biologis mempengaruhi proses
kognitif. Sistem kognitif tidak bekerja secara terisolasi, namun bekerja dengan
sistem lain.
Kognisi perlu dipelajari lewat beragam metode ilmiah. Semua proses kognitif
perlu dipelajari lewat beragam operasi yang saling melengkapi. Artinya beragam
metode studi untuk mencari suatu pemahaman umum. Semakin banyak perbedaan jenis
teknik yang mengarah kepada kesimpulan yang sama, semakin tinggi keyakinan yang
bisa kita miliki mengenai kesimpulan tersebut. Contohnya, studi-studi tentang
waktu reaksi, tingkat kekeliruan dan pola perbedaan individual, semua mengarah
pada kesimpulan yang sama.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur- unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan
pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia.
Yang termasuk teori
belajar kognitif adalah Teori belajar Pengolahan
Informasi, dan teori
belajar Kontruktivisme. Slavin menyarankan 3 strategi belajar efektif,
Yaitu membuat catatan,
belajar kelompok, menggunakan metode PQ4R (preview, question,read, reflect,
recite, review).
Jean Piaget
mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu :
a. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik
dan persepi yang masih sederhana
b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya
symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan
pada kesan yang agak abstrak.
c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual
pasif.
d. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak
sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir
“kemungkinan”.
B. SARAN
Teori perkembangan ini telah sedikit banyak memberi panduan kepada
seluruh stakeholder pendidikan, khususnya praktisi pendidikan, tentang
perkembangan yang dilalui oleh seseorang anak didik dan setiap anak didik
tersebut adalah berbeda dari segi perkembangan kognitifnya yang kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal mereka seperti bakat,
lingkungan, makanan, kecerdasan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Yogyakarta , 2004.
F. Hill, Winfred, Theories Of Learning; Teori- Teori
Pembelajaran, Alih Bahasa M. Khozim, Nusa Media, Bandung, 1990.
Mulyati, Psikologi
Belajar, Andi, Surakarta, 2005.
Stenberg, Robert J.
Psikologi Kognitif Edisi Keempat, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2008.
Seivert, Kelvin, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi
Pendidikan, IRCiSoD Yogyakarta, 2008.
Rifai, Achmad dan Tri
Anni, Catharina. Psikologi Pendidikan. Unnes Press,Semarang, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar